|
|
Inilah peserta2 MTQ SMKKSAB 2011 yang baru2 ini telah menyertai MTQ peringkat Zon Nusajaya dan Skudai yang di adakan di SMK Taman Nusajaya....mereka sebenarnnya berbakat cuma tidak digilap je....maklumla cikgu penasihat pun xtergilap2 lagi...walau ape2 pun ucapan TAHNIAH BUAT ZUHAIRI, ATIKAH, SYIKIN danAZHAR.....anda semua adalah yang terbaik...teruskan perjuangan...
Dalam kitab Ensiklopedia Kiamat (aslinya: al-Yaum al-Akhir:al-Qiyamah ash-Shughra wa ‘Alamat al-Qiyamah al-Kubra), Dr Umar Sulaiman al-Asyqar menulis pasal khusus berjudul “Hal-hal Yang Menyebabkan Su’ul Khatimah (akhir kehidupan yang buruk)”. Di dalamnya beliau menyebutkan ada empat perkara yang dapat menyebabkan seseorang mengakhiri hidupnya dalam keadaan buruk sehingga menghantarkannya ke Neraka di kehidupan abadi negeri akhirat kelak. Namun sebelum kita uraikan keempat hal tersebut alangkah baiknya kita perhatikan hadits di bawah ini yang memuat salah satu rukun iman yang fundamental, yaitu iman akan taqdir Allah, baik itu taqdir yang terasa menyenangkan maupun yang terasa pahit.
ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ فَوَالَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا
Dari Abu Abdirrohman, Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallohu’anhu, dia berkata: ”Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam telah bersabda kepada kami dan beliau adalah orang yang selalu benar dan dibenarkan: “…Kemudian diutuslah seorang malaikat kepadanya, lalu malaikat itu meniupkan ruh kepadanya dan ia diperintahkan menulis empat kalimat: Menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan nasib celakanya atau keberuntungannya. Maka demi Alloh yang tiada tuhan selain-Nya, sesungguhnya ada diantara kamu yang melakukan amalan penduduk surga dan amalan itu mendekatkannya ke surga sehingga jarak antara dia dan surga kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk neraka sehingga dia masuk ke dalamnya. Dan sesungguhnya ada seseorang diantara kamu yang melakukan amalan penduduk neraka dan amal itu mendekatkannya ke neraka sehingga jarak antara dia dan neraka hanya kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapka atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk surga sehingga dia masuk ke dalamnya.” (HR. Muslim)
Seorang yang beriman kepada taqdir yang ditetapkan oleh Allah pastilah sangat khawatir bilamana dirinya termasuk ke dalam golongan yang disabdakan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam di atas yaitu “… sesungguhnya ada diantara kamu yang melakukan amalan penduduk surga dan amalan itu mendekatkannya ke surga sehingga jarak antara dia dan surga kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk neraka sehingga dia masuk ke dalamnya.” Sungguh merugilah orang yang ditaqdirkan Allah seperti itu. Namun tentunya melalui pelajaran ini Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bermaksud untuk menjelaskan adanya orang yang amalan baiknya selama ini sekedar yang tampak pada manusia. Sedangkan bisa jadi pada hakikatnya tersimpan dalam hatinya kejahatan yang kemudian muncul secara lahir pada akhir hayatnya.
Sebaliknya golongan orang yang digambarkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sebagai ”dan sesungguhnya ada seseorang diantara kamu yang melakukan amalan penduduk neraka dan amal itu mendekatkannya ke neraka sehingga jarak antara dia dan neraka hanya kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk surga sehingga dia masuk ke dalamnya.” Tentunya ini adalah orang yang sangat beruntung dan disayang Allah ta’aala. Boleh jadi manusia memberi penilaian buruk karena perilakunya selama ini, namun sesungguhnya ia memiliki suatu kebaikan tertentu yang tersembunyi dari penglihatan orang lain sedangkan Allah memandang kebaikannya itu layak menjauhkan dirinya dari neraka dan menghantarkannya ke surga. Wallahu a’lam.
Yang pasti, beriman kepada taqdir akan menghasilkan rasa takut yang mendalam akan nasib akhir hidup dan menumbuhkan semangat yang tinggi untuk beramal dan istiqomah dalam ketaatan demi mengharap husnul khatimah. Beriman kepada taqdir bukanlah alasan untuk bermaksiat dan bermalas-malasan. Beriman kepada taqdir justru semakin membuat seseorang berusaha keras berbuat sebanyak mungkin ’amal sholeh dan ’amal ibadah sekaligus menjauhi segala bentuk kemungkaran dan kemaksiatan yang berpotensi menyebabkan terjadinya su’ul khatimah.
Shiddiq Hasan Khan mengatakan bahwa su’ul khatimah memiliki sebab-sebab yang harus diwaspadai oleh seorang mukmin. Pertama, kerusakan dalam aqidah, walau disertai zuhud dan kesholehan. Jika ia memiliki kerusakan dalam aqidah dan ia meyakininya sambil tidak menganggap itu salah, terkadang kekeliruan aqidahnya itu tersingkap pada saat sakratul maut. Bila ia wafat dalam keadaan ini sebelum ia menyadari dan kembali ke iman yang benar, maka ia mendapatkan su’ul khatimah dan wafat dalam keadaan tidak beriman. Setiap orang yang beraqidah secara keliru berada dalam bahaya besar dan zuhud serta kesholehannya akan sia-sia. Yang berguna adalah aqidah yang benar yang bersumber dari Kitabullah dan Sunnah Rasul. Mereka terancam oleh ayat Allah berikut:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
”Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS Al-Kahfi ayat 103-104)
Kedua, banyak melakukan maksiat. Orang yang sering bermaksiat akan didominasi oleh memori tersebut saat kematian menjelang. Sebaliknya bila seseorang seumur hidupnya banyak melakukan ketaatan, maka memori tersebutlah yang menemaninya saat sakratul maut. Orang yang banyak dosanya sehingga melebihi ketatannya maka ini sangat berbahaya baginya. Dominasi maksiat akan terpateri di dalam hatinya dan membuatnya cenderung dan terikat pada maksiat, dan pada gilirannya menyebabkan su’ul khatimah. Adz-Dzahabi dalam kitabnya al-Kaba’ir mengutip Mujahid: Tidaklah seseorang mati kecuali ditampilkan kepadanya orang-orang yang biasa ia gauli. Seorang lelaki yang suka main catur sekarat, lalu dikatakan kepadanya: ”Ucapkanlah La ilaha illa Allah.” Ia menjawab: ”Skak!” kemudian ia mati. Jadi, yang mendominasi lidahnya adalah kebiasaan permainan dalam hidupnya. Sebagai ganti kalimat Tauhid, ia mengatakan skak.
Ketiga, tidak istiqomah. Sungguh, seorang yang istiqomah pada awalnya, lalu berubah dan menyimpang dari awalnya bisa menjadi penyebab ia mendapat su’ul khatimah, seperti iblis yang pada mulanya merupakan pemimpin dan guru malaikat serta malaikat yang paling gigih beribadah, tapi kemudian tatakala ia diperintah untuk sujud kepada Adam, ia membangkang dan menyombongkan diri, sehingga ia masuk golongan kafir. Demikian pula dengan ulama Bani Israil Bal’am yang digambarkan dalam ayat berikut:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آَتَيْنَاهُ آَيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ سَاءَ مَثَلًا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَأَنْفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَ
”Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.” (QS Al-A’raaf ayat 175-177)
Keempat, iman yang lemah. Hal ini dapat melemahkan cinta kepada Allah dan menguatkan cinta dunia dalam hatinya. Bahkan lemahnya iman dapat mendominasi dirinya sehingga tidak tersisa dalam hatinya tempat untuk cinta kepada Allah kecuali sedikit bisikan jiwa, sehingga pengaruhnya tidak tampak dalam melawan jiwa dan menahan maksiat serta menganjurkan berbuat baik. Akibatnya ia terperosok ke dalam lembah nafsu syahwat dan perbuatan maksiat, sehingga noda hitam dosa menumpukdi dalam hati dan akhirnya memadamkan cahaya iman yang lemah dalam hati. Dan ketika sakratul maut tiba, cinta Allah semakin melemah manakala ia melihat ia akan berpisah dengan dunia yang dicintainya. Kecintaannya pada dunia sangat kuat, sehingga ia tidak rela meninggalkannya dan tak kuasa berpisah dengannya. Pada saat yang sama timbul rasa khawatir dalam dirinya bahwa Allah murka dan tidak mencintainya. Cinta Allah yang sudah lemah itu berbalik menjadi benci. Akhirnya bila ia mati dalam kondisi iman seperti ini, maka ia mendapat su’ul khatimah dan sengsara selamanya.
Ya Allah, kami memohon kepadaMu husnul khatimah dan berlindung kepadaMu dari su’ul khatimah. Amin ya Rabb,-
Tujuh Golongan Insan Contoh
Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya:” Sebilangan manusia yang dinaungi Allah di bawah naungan-Nya pada hari kiamat iaitu hari yang tidak ada sebarang naungan padanya selain daripada naungan Allah; di antaranya ialah: Pemerintah yang adil, pemuda yang hidupnya sentiasa dalam mengerjakan ibadah kepada tuhannya, orang yang hatinya sentiasa terikat dengan masjid, dua orang yang berkasih sayang kerana Allah di mana kedua-duanya berkumpul dan berpisah untuk mendapat keredaan Allah, orang yang dipujuk oleh perempuan yang kaya lagi rupawan untuk bersatu dengannya lalu ia menolak dengan berkata:” Aku takut kepada Allah!”, orang yang bersedekah secara bersembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberi oleh tangan kanannya, dan orang yang menyebut atau mengingat Allah dengan keadaan tidak ada dalam ingatannya perkara lain, lalu menitis air matanya kerana mengingatkan sifat Jalal dan sifat Jamal Allah.”
Riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah
Huraian
Pengajaran hadis:
i) Terdapat tujuh golongan yang bakal mendapat naungan di hari akhirat kelak iaitu :
a) Pemerintah yang adil- Ini kerana tanggungjawab yang dipikul oleh pemerintah dalam melaksanakan keadilan itu adalah perkara yang amat berat dan bukanlah mudah bagi seorang pemimpin untuk melaksanakan keadilan terhadap semua rakyatnya. Sekiranya keadilan ini berjaya ditunaikan, ganjarannya adalah amat besar sekali. Namun jika gagal, dia menjadi pemerintah yang zalim dan azab menanti di akhirat kelak.
b) Pemuda yang hidupnya sentiasa dalam mengerjakan ibadah kepada tuhannya – Ini kerana sebaik-baik masa dan semahal-mahal harganya di dalam hidup seseorang manusia adalah ketika di alam remaja kerana di usia muda seseorang itu mendapat peluang yang banyak untuk menghadapi masa hadapannya, badannya sentiasa sihat, tenaganya kuat, pendengaran dan penglihatannya tajam dan sempurna. Bahkan di masa muda juga berbagai-bagai ujian dan godaan terpaksa ditempuhi. Maka beruntunglah pemuda yang berjaya melepasi rintangan-rintangan ini bahkan usia mudanya itu diisi dengan amal ibadat serta memberikan khidmat cemerlang kepada agama, masyarakat dan negara.
c) Orang yang hatinya sentiasa terikat dengan masjid
- Sesungguhnya terdapat hadis yang menyebutkan bahawa dua hayunan kaki yang melangkah ke masjid ganjarannya amat besar di sisi Allah S.W.T dan diketegorikan sebagai suatu sedekah. Maka apatah lagi bagi orang yang hatinya sentiasa terikat dengan masjid dan sentiasa mengunjunginya untuk beribadah, ganjarannya tentulah lebih besar lagi.
d) Dua orang yang berkasih sayang kerana Allah di mana kedua-duanya berkumpul dan berpisah untuk mendapat keredaan Allah
- Hubungan yang terjalin di atas dasar yang bercanggah dengan syariat sehingga melanggar batas-batas agama, adab kesopanan dan sebagainya adalah hubungan yang menjurus ke arah dosa dan maksiat. Seharusnya ikatan kasih sayang yang dijalinkan sesama manusia mestilah ikhlas kerana Allah agar perhubungan tersebut mendapat pahala, restu dan keberkatan daripada-Nya.
e) Orang yang dipujuk oleh perempuan yang kaya lagi rupawan untuk bersatu (berzina) dengannya lalu ia menolak dengan berkata:” Aku takut kepada Allah!”
- Ini menunjukkan tentang keimanan dan ketaqwaan yang sebenar telah berjaya menangkis segala bentuk godaan yang datang. Hal ini bukanlah mudah kerana tanpa kekuatan iman seseorang itu pasti akan mudah terpengaruh dengan bisikan nafsu dan akhirnya terjebak dalam perbuatan zina tanpa takut tentang dosanya.
f) Orang yang bersedekah secara bersembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberi oleh tangan kanannya
-Ia menggambarkan mengenai keikhlasan hati orang yang bersedekah. Sesungguhnya tidak ramai orang yang dapat menyembunyikan kebaikan yang dilakukannya melainkan akan terdapat jua perasaan riya’ dan ingin menunjuk-nunjuk supaya mendapatkan pujian atau sanjungan dari orang ramai atau sekurang-kurangnya ada orang yang mengetahui kebaikan yang dilakuknnya itu.
g) Orang yang menyebut atau mengingati Allah dengan keadaan tidak ada dalam ingatannya perkara lain, lalu menitis air matanya kerana mengingatkan sifat Jalal dan sifat Jamal Allah
- Inilah sifat muslim mukmin sejati yang mempunyai perasaan cintakan Allah dengan sepenuh hatinya. Dia sentiasa memikirkan dan menghayati tentang kejadian dan keagungan ciptaan Allah serta sifat-sifat-Nya yang Maha Agung. Oleh yang demikian hati, fikiran dan jiwanya terhindar daripada perkara-perkara yang melalaikan.
Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya:“Tanda cintakan Allah S.W.T. ialah mengingati Allah S.W.T (zikrullah) dan tanda Allah S.W.T murka kepada hamba ialah dia tidak suka mengingati Allah.”
(HR Baihaqi)
Huraian
Pengajaran Hadis:
i) Ciri khas dalam akidah yang wajib ada dalam diri setiap
individu adalah perasaan cintakan Allah kerana ia merupakan
kayu ukur terpenting dalam menilai kualiti iman seorang muslim
yang sebenar.
ii) Antara sifat mereka ialah sentiasa merasa bahagia apabila
mengingati Allah iaitu mereka banyak berzikir, mengerjakan
sembahyang, membaca al-Quran dan sebagainya sebaliknya bagi
orang yang tidak cintakan Allah, dia merasa bosan dan rimas
apabila mendengar kalimah-kalimah Allah dan malas untuk
berzikir (mengingati Allah) jauh sekali untuk beribadat kepada
Allah.
iii) Sesungguhnya orang yang selalu mengingati Allah (di kala
senang mahupun susah) akan mendapat pemeliharaan daripada
Allah S.W.T, kehidupannya sentiasa terkawal dan terpimpin,
jalan hidupnya sentiasa sejahtera dan selamat. Sebaliknya
mereka yang lalai daripada mengingati Allah, kehidupannya
akan didapati kosong, kecewa dan hampa.
Rasulullah s.a.w bersabda: "Sesungguhnya Allah sentiasa memberi rahmat dan Malaikat-Nya serta penduduk langit dan bumi - sehinggakan semut dalam lubangnya dan ikan di laut - sentiasa berdoa untuk sesiapa yang mengajarkan perkara-perkara yang baik kepada orang ramai."
(Abu Umamah r.a)
Huraian
Pengajaran hadith:
i) Usaha mengajar dan menyebarkan ilmu yang bermanfaat dan membawa kebajikan kepada masyarakat adalah amat tinggi nilainya di sisi Islam.
ii) Bagi sesiapa yang melakukannya akan dilimpahkan rahmat oleh Allah S.W.T. Begitu juga dengan para malaikat dan sekalian makhluk di langit dan di bumi, semuanya berdoa untuknya agar Allah memberikan balasan yang sebaik-baiknya
Copyright 2009 - UNIT AGAMA ISLAM SMKKSAB [CIQ]